Muqadimah

MUKADIMAH

Dengan menyebut nama alloh yang telah melimpahkan ni’mat yang sangat banyak didunia dan di akhirat, aku mulai menulis terjemah ini. Segala puji bagi alloh, Dzat pembuka rahasia ilmu, Yang Pemurah lagi Penolong hamba-Nya yang ia pilih untuk memahami ajaran agama.

Aku bersaksi, bahwa tidak ada tuhan yang wajib disembah melainkan alloh, dengan kesaksian yang menyebabkan Kita dapat memasuki kampung yang kekal di akhirat; dan aku bersaksi, bahwa jungjunan kita Nabi Muhammad SAW sebagai hamba dan rasul-Nya yang mempunyai kedudukan terpuji. Semoga shalawat dan salam-Nya dilimpahkan kepadanya, juga kepada seluruh keluarganya, dan para sahabatnya yang mulia, dengan shalawat dan salam yang akan membawa kebahagiaan bagiku kelak pada hari kembali ( kiamat ).

Selanjutanya, syarah ini merupakan suatu yang berguna bagi kitabku yang berjudul Qurratul-‘ain bimuhimmaatid-diin” ( penghibur mata dengan dengan membahas ajaran agama  yang penting-penting ), menjelaskan tujuan dan manfaatnya serta menyempurnakan makna yang dipergunakan untuk menghasilkan maksud tertentu.

(Pengarang kitab Fathul Mu’in ini, juga penarang matan kitab Qurraatul-ain, yaitu Syekh Zainuddin Al-Malaibari. Sedantgkan syarah I’aanatuth-thalibiin adalah karangan Syekh sayyid Al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Dimyathi ).

Kitab syarah ini aku namai Fathul Mu;in ( pembuka pertolongan Alloh ) untuk mensyarahi kitab Qurratul-‘ain bimuhimmaatid-diin.

Aku mohon kepada alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang, semoga kitabku ini bermanfaat bagi orang yang mengetahui, orang-orang yang belum mengetahui diantara saudara-saudara Kita, dan semoga karenanya Alloh menempatkanku didalam surga Firdaus, kampung yang aman entosa. Sesungguhnya Alloh itu dzat yang Termulia dari semua yang mulia dan paling Pengasih.

Aku menulis dengan menyebut nama alloh, dzat yang telah melimpahkan nikmat besar ( menjadikan Kita, memberi hidayah dengan Iman dan Islam, kesehatan, akal, pancaindra, dll. ) dan ni’mat kecil ( kekayaan, kecantikan, kesempurnaan akal,dll. )

Isim berasal dari suwumi, artinya tinggi, bukan dari wasmi yang artinya alamat atau tanda. Lafadz Alloh merupakan nama bagi dzat yang wajib ada, asalnya ilah, yaitu isim jenis bagi setiap nama yang wajib disembah, kemudian dima’rifatkan dengan alif lam dan dibuang hamzahnya.

Kemudian lapad Alloh dipergunakan sebagai nama bagi Dzat yang disembah dengan haknya ( seharusnya ). Lapad Alloh itu disebut Ismul A’zham menurut ulama pada umumnya. Tiada sesuatu pun yang dinamai Alloh selain Dzat itu walaupun diupayakan semaksimal mungkin ( maksudnya, tidak ada seorang pun yang mampu menyandang nama Alloh, sebab lapad alloh itu Ismul A’zham, nama yang teragung ).

Posted in: Fathul mu'in,index fathul mu'in,kitab,kitab fathul mu'in,penjelasan,terjemah fathul mu'in